BisnisJakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan penurunan suku bunga kredit lebih pelan dibanding suku bunga deposito. Hal itu disebabkan oleh masih tingginya non-performing loan.

"Namun penurunan suku bunga acuan diharapkan berdampak pada penyesuaian tingkat bunga kredit dan deposito," kata Agus dalam konferensi persnya setelah menggelar Rapat Dewan Gubernur BI di kompleks BI, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Agustus 2017.

Bank Indonesia memutuskan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo (7DRR) Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Dengan keputusan tersebut, sejak Januari 2016 sampai Juli 2017, BI telah menurunkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin. "Dengan penurunan suku bunga acuan sejak 2016, suku bunga kredit ikut turun 73 persen dan suku bunga deposito ikut turun 97 persen," tuturnya. 

Menurut data BI, sejak Januari 2016 hingga Juli 2017, suku bunga kredit turun 110 basis poin. Sementara itu, suku bunga deposito turun 145 basis poin. Saat ini rata-rata suku bunga kredit berada di level 11,73 persen dan rata-rata suku bunga deposito di level 6,49 persen.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo berujar, untuk mendorong penurunan suku bunga kredit, BI memang menurunkan suku bunga acuan BI 7DRR sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. "Kami juga memutuskan suku bunga instrumen moneter lainnya menurun," tuturnya.

BI memperkirakan, dengan penurunan suku bunga instrumen moneter, penurunan suku bunga acuan yang memiliki jangka waktu lebih panjang akan lebih besar. "Penurunan term structure suku bunga operasi moneter akan memaksa perbankan menyalurkan kredit dengan likuiditas yang ada," ujar Perry.

Dalam hal kebijakan makroprudensial, menurut Perry, BI juga mempersiapkan kebijakan loan to value secara spasial. "Kami juga mendorong perbankan membiayai perekonomian, tidak hanya dari kredit, tapi juga melalui sekuritas. Sehingga kami akan mengkaji perluasan loan to funding ratio."

ANGELINA ANJAR SAWITRI