Bisnis, Jakarta -Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor nasional mencapai 5,6 persen tahun ini. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor, Kementerian Perdagangan menggelar forum koordinasi teknis pengembangan ekspor pusat, daerah, serta perwakilan perdagangan atau Indonesia Trande Promotion Center.

"Nanti provinsi harus berkoordinasi dengan ITPC, untuk meningkatkan ekspornya," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Rabu, 23 Agustus 2017.

Enggar menuturkan ITPC merupakan lembaga promosi produk dalam negeri yang ada di 19 negara. Untuk mendongkrak ekspor, ITPC harus menguasai produk yang akan mereka jual, potensi apa yang perlu digali dan siapa negara pesaingnya.

Selain itu, ITPC juga mesti melihat komoditas yang propeknya baik untuk dijual di luar negeri. "Mereka duta ITPC, harus berani. Pertama harus menjual diri sebelum menjual barang. Awasi betul perkembangannya dan monitor penjualan kita," ujarnya.

Enggar menambahkan para pelaku ekspor dan pemangku kepentingan dapat saling menyamakan persepsi sekaligus berkoordinasi agar terjadi sinergi, terintegrasi serta berkesinambungan.

Sejauh ini, Enggar melihat gambaran dari tahun ke tahun, pertumbuhan ekspor Indonesia cukup positif. "Cukup positif baik dari sisi surplus, maupun peningkatan ekspor dan impor.  Impor lebih banyak dibahan baku, itu yang menggembirakan."

Simak Pula: Sri Mulyani Ingin Ekspor dan Investor Semakin Membaik

Namun, kata Enggar, pemerintah tidak terlena dengan itu semua. Musababnya, persaingan dengan negara lain cukup ketat. Apalagi, persaingan antar negara dan proteksionisme sudah melanda semua negara.

Banyak negara sudah secara formal mengatakan menganut sistem perdagangan bebas, dan lintas batas. Jika tidak disikapi dengan baik, persaingan ini akan menjadi ancaman untuk Indonesia. "Bagaimana melihat perlakuan Eropa terhadap komoditas kita. Di India menaikan dan memproteksi dirinya dengan menaikan 100 persen (bea masuk), ditambah dengan berbagai hal lain," ucap Enggar.

Enggar mengatakan ekspor minyak sawit Indonesia ke Rusia, terus tumbuh. Namun, pangsa pasarnya berkurang karena pertumbuhan negara tetangga lebih besar dibandingkan di Indonesia. "Kalau ini didiamkan akan terjadi pergeseran market share," ujarnya.

Perdagangan dunia kini tidak hanya terjadi kampanye negatif dalam sisi perdagangan. Namun sudah kepada kampanye hitam, yang dilakukan berbagai negara. "Bahkan, dilakukanya sudah lebih vulgar dan terbuka. Tapi, kita tidak boleh vulgar membalasnya," ucap Enggar.  "Dalam marketing tidak boleh menuding dan mejelekan orang. Itu seni menjual harus menunjukan kualitas yang baik, untuk mempertahankan eksistensi."

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Arlinda mengatakan untuk mengantrol ekspor Indonesia sampai 5,6 persen,  pihaknya melakukan kerja sama dengan menandatangani nota kesepahaman dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau Indonesia Eximbank. "Dengan kerja sama ini diharapkan ekspor tahun ini bisa  mencapai 5,6 persen," katanya.

Selain itu, dengan kerja sama ini Kementerian Perdagangan juga ingin mendongkrak hasil ekspor non migas dari USD 131 miliar tahun lalu menjadi USD 138 miliar dolar. "Kanaikan itu yang kami ingin capai dari kesepakatan dengan LPEI," ujar Arlinda.

 IMAM HAMDI